[Foto: Tangkapan Layar, Dr.Kun (atas) dan Indra J. Piliang (bawah), istimewa]
METROPOLITAN POST— Gaya kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang lugas dan kerap berbicara blak-blakan kini menjadi pusat perhatian publik. Dalam episode terbaru Podcast Madilog yang tayang di kanal Forum Keadilan TV, ekonom Dr. Kun Nurachadijat, SE, MBA memaparkan analisis tajam mengenai arah kebijakan fiskal dan moneter di bawah Purbaya yang menurutnya mulai “mengusik” kenyamanan kelompok bisnis besar dan oligarki yang selama ini menikmati fasilitas negara.
Dr. Kun menjelaskan bahwa titik persoalan terletak pada keberpihakan aliran modal, selama ini uang cenderung mengendap pada instrumen portofolio saham, surat berharga, dan investasi finansial lainnya sehingga keuntungan hanya dinikmati segelintir pihak, sementara sektor riil tetap lesu. “Banyak orang bisa kaya lewat permainan moneter, tetapi tukang pinggir jalan tetap sepi, rumah susah terjual, dan daya beli rakyat tetap rendah,” ujar Dr. Kun. Menurutnya, inilah wajah kapitalisme semu yang menimbulkan apa yang ia sebut bubble economy.
Sebagai koreksi terhadap kondisi tersebut, langkah Purbaya yang mengalokasikan Rp460 triliun kepada lima bank pemerintahan dipandang Dr.Kun sebagai upaya memindahkan “pusat darah ekonomi” dari ranah portofolio ke sektor riil.
“Langkah itu bertujuan agar kredit murah mengalir ke usaha kecil menengah, memperkuat daya beli masyarakat, dan menggerakkan ekonomi daerah. Uang harus bekerja untuk rakyat, bukan hanya untuk memperkaya pemilik portofolio,” jelasnya.
Dr. Kun menguraikan konsep dua mesin ekonomi moneter dan fiskal yang perlu bekerja berimbang. Jika terlalu lama modal terserap di portofolio, pertumbuhan di sektor nyata tidak terjadi. Sebaliknya, ketika likuiditas diguyur ke sektor riil, biaya modal turun, suku bunga pinjaman menjadi lebih bersahabat, dan usaha produktif menjadi lebih menarik dibanding hanya menabung di bank.
“Meski ada risiko inflasi, secara sederhana kebijakan ini ibarat transfusi likuiditas: mengembalikan denyut ke tubuh perekonomian sehingga usaha, lapangan kerja, dan konsumsi masyarakat bisa bergerak kembali,” kata Dr. Kun.
Terkait kebijakan era sebelumnya, Dr. Kun memberi catatan pada kebijakan perpajakan yang dijalankan pada masa Sri Mulyani. Menurutnya, karena pajak telah mengalami kenaikan termasuk pada rokok maka saat ini prioritas harus diberikan pada pelonggaran akses pembiayaan bagi pelaku usaha.
“Pajak yang terus dinaikkan akan menekan daya beli. Untuk saat ini, jangan menambah beban pajak; fokuslah pada kemudahan pinjaman dan optimalisasi pengeluaran pemerintah yang berpihak kepada publik,” tegasnya.
Dalam dialog yang dipandu sejarawan Indra J. Piliang, Dr. Kun juga mengkritik praktik infant industry dan subsidi yang berkepanjangan, banyak perusahaan tampak sehat bukan karena efisiensi, melainkan karena terus mendapat fasilitas pemerintah situasi yang menurutnya tidak berkelanjutan dan menyuburkan inefisiensi. “Mau sampai kapan ‘disusu’ pemerintah? Kalau terus begitu, lama-lama negara yang kelelahan,” sindirnya.
Soal aspek politik, Dr. Kun mengakui adanya dinamika yang kompleks: menurut pengamatannya, penunjukan Purbaya sempat terkait dengan kepercayaan di lingkaran pemerintah. Namun, kini Purbaya memakai kewenangan yang ada untuk mengambil kebijakan yang, ironisnya, mengganggu kepentingan bisnis yang selama ini terlindungi kebijakan elitis.
“Dulu ketika ia belum berwenang penuh, Purbaya pernah mengeluh ke Presiden. Sekarang ia punya ‘senjata’ kebijakan dan sikapnya yang lugas membuat banyak pihak merasa terusik,” papar Dr. Kun.
Bahkan Sorotan utama yang diangkat dalam podcast, adanya Aliran modal: Dari portofolio ke sektor riil strategi agar ekonomi dinikmati luas, bukan hanya oleh investor portofolio.
Begitu juga dengan, Program likuiditas Rp460 triliun, Upaya memperluas akses kredit bagi usaha dengan tujuan memperkuat konsumsi dan investasi riil.
“Kebijakan pajak Saran untuk menunda atau meninjau ulang kenaikan pajak lebih lanjut agar tidak memperlemah daya beli”
Lalu membahas juga mengenai Kapitalisme semu dan infant industry, Kritik terhadap praktik yang membuat perusahaan tampak sehat karena subsidi/fasilitas negara, bukan efisiensi nyata.
Data eksekusi Menurut Dr. Kun, keunggulan Purbaya ada pada pendekatan berbasis data, tantangannya adalah memastikan eksekusi kebijakan berjalan efektif.
Sekilas profil narasumber Dr. Kun Nurachadijat, SE, MBA yang dikenal sebagai pengamat ekonomi yang kerap tampil dalam diskusi publik dan media. Beliau merupakan alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan aktif mengomentari isu-isu fiskal dan moneter, termasuk kebijakan perpajakan, perbankan, dan arah alokasi modal.
Dalam berbagai kesempatan, Dr. Kun menekankan pentingnya data dalam perumusan kebijakan dan perlunya mengalihkan fokus pembangunan kepada sektor riil agar pertumbuhan ekonomi berdampak luas.
Catatan redaksi:
Podcast Madilog diproduksi oleh Forum Keadilan TV dan dipandu oleh sejarawan Indra J. Piliang. Program ini bertujuan membuka ruang diskusi kritis dan mendalam mengenai isu politik, ekonomi, dan sosial dengan menghadirkan narasumber dari berbagai disiplin ilmu.(*)
Laporan : Bar.S.
Editor: Supri
Tonton juga: