Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BERITA

Aliansi Rakyat Indonesia Emas (Aries) Menggadakan Peluncuran buku anak “Yang Lupa Jalan Pulang” karya penulis asal Mesir, Mahmud Hamzawi Fahim Usman Dalam Rangka peringatan Hari Anak Nasional ke-41 Dan Menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia

Avatar photo
14
×

Aliansi Rakyat Indonesia Emas (Aries) Menggadakan Peluncuran buku anak “Yang Lupa Jalan Pulang” karya penulis asal Mesir, Mahmud Hamzawi Fahim Usman Dalam Rangka peringatan Hari Anak Nasional ke-41 Dan Menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 

Jakarta – Peluncuran buku anak “Yang Lupa Jalan Pulang” karya penulis asal Mesir, Mahmud Hamzawi Fahim Usman, menjadi sorotan publik bukan hanya karena isi karyanya, tetapi juga karena kontroversi yang menyertainya.

Example 300x600

Acara yang digagas Aliansi Rakyat Indonesia Emas (Aries) ini digelar bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional ke-41 dan menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia. Dihadiri para pegiat literasi, aktivis pendidikan, serta tokoh masyarakat, acara tersebut awalnya berlangsung hangat dan penuh apresiasi.

Mahmud memaparkan bahwa buku ini adalah bentuk kepeduliannya terhadap generasi emas 2045, dengan 70 persen konten mengangkat masalah nyata yang dihadapi anak-anak, dan sisanya berupa fabel edukatif yang sarat pesan moral.

“Karya ini bersifat netral, bisa dibaca oleh semua agama dan suku. Saya ingin anak-anak mendapatkan bacaan yang menghibur sekaligus mendidik,” ujar Mahmud.

Namun suasana berubah tegang ketika Ketua Umum Aries, Fahri Lubis, mengungkapkan kekecewaannya atas ketidakhadiran Menteri Pemberdayaan Perempuan, yang sebelumnya dijadwalkan hadir untuk memberikan dukungan simbolis terhadap acara tersebut.

Fahri menilai, absennya pejabat negara di agenda literasi anak yang murni didanai swadaya menjadi cermin lemahnya dukungan pemerintah terhadap pengembangan literasi anak. Ia pun mengajak sekolah-sekolah untuk memesan buku ini agar pesan moralnya menjangkau lebih banyak anak, meski penjualan langsung di gedung pemerintahan tidak diperbolehkan.

Buku yang diterbitkan oleh Gapura Sumenep, Jawa Timur, ini juga menjadi simbol kolaborasi penulis asing dan penerbit lokal. Menurut Fahri, langkah ini membuktikan bahwa literasi anak bisa berkembang tanpa campur tangan anggaran negara, asalkan ada kemauan dan kerja sama.

Selain mengkritisi pemerintah, Fahri juga menyoroti minimnya jumlah penulis anak di Indonesia, sementara industri hiburan seperti sinetron dan musik mendominasi perhatian publik.

“Peluncuran ini bukan hanya perayaan sastra, tapi juga pernyataan bahwa literasi anak adalah pondasi membangun bangsa menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *