Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BERITA

Di Tengah Perayaan GKPI Pondokranggon, Hatiku Remuk Kesaksian Nyata Seorang Jemaat Penuh Air Mata Penyesalan 

Avatar photo
227
×

Di Tengah Perayaan GKPI Pondokranggon, Hatiku Remuk Kesaksian Nyata Seorang Jemaat Penuh Air Mata Penyesalan 

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

[ Foto Tangkapan Layar : Spanduk (atas) dan foto gereja yang penulis sangat begitu sungkan untuk memasuki nya (bawah) , ist ]

METROPOLITAN POST, (01 Juni 2025 )- Ketika seluruh jemaat GKPI Pondokranggon berkumpul dalam penuh sukacita merayakan Hari Ulang Tahun ke-30 dan peresmian gedung baru gereja, seorang pria berdiri dalam diam, menunduk dengan hati hancur dan mata penuh air mata.

Example 300x600

Penulis adalah seorang warga jemaat yang terdaftar bahkan pernah aktif, pernah jadi pelayan musik gitar saat koor dan seorang suami serta ayah yang kini datang membawa beban penyesalan yang begitu dalam.

“Aku berdiri di depan gedung yang baru ini Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja, suasana gedung yang indah, nyaman dan megah, gedung yang penuh berkat, tapi hatiku remuk. Aku bukan lagi layak masuk, bahkan untuk duduk di barisan paling belakang pun aku merasa tidak pantas,” ungkap penulis dalam sebuah kesaksian publik yang disampaikannya di media ini.

Awal yang Indah, Lalu Memilih Kembali ke Jalan yang Sesat Lagi.

Sang kuli tinta mengisahkan awal perjumpaannya dengan GKPI Pondokranggon pada tahun 2022 lalu, usai pandemi mulai mereda. Sang Istri yang sudah meminta bahkan mendesak agar mencari gereja untuk bergereja.

Kala itu, sabtu jelang mau hari Minggu ia pun menelusuri Google untuk mencari gereja terdekat dan akhirnya menapakkan kaki ke gereja GKPI Pondokranggon.

Sesampainya di gereja sambutan hangat jemaat dan suasana pelayanan yang hidup membuat ia dan keluarganya segera menjadi bagian dari gereja dan kemudian terdaftar.

Singkatnya sang penulis pun aktif mengikuti kebaktian dari Nurani, termaksud aktif berbagai kegiatan gereja lainnya seperti mengikuti kebaktian lingkungan, latihan koor pria, serta pelayanan lainnya. Bahkan, dalam kurun waktu ± setahun, berkat materi dan spiritual mengalir deras dalam hidupnya.

“Saat aku setia, Tuhan membukakan langit untukku. Istri saya diberkati, keuangan kami melimpah, hidup kami terasa damai,” kenangnya.

Penulis yang merupakan mantan napi ini akhirnya kembali ke jalan sesat. Ia pun tak menyadari faktor godaan apa sehingga ia harus kembali lagi sesat dengan kenikmatan bermaksiat. Kecanduan judi online, dan kecanduan lainnya hingga dosis ditubuh pun semakin tinggi, destinasi,  kemalasan rohani, dan ketamakan perlahan menggerogoti hidupnya. Entah merasa memiliki pemahaman spritual yang tinggi hingga menjadi pribadi sombong rohani.

Hingga akhirnya sang penulis mulai menjauh dari gereja. Ia berpikir akan bisa sendiri dan merasa sudah kuat secara rohani, padahal justru saat itulah semakin terjatuh di jurang yang paling dalam, hingga saat ini 01 Juni 2025.

Puncak Penyesalan di Hari Perayaan

Tanggal 1 Juni 2025, saat semua jemaat bersukacita merayakan ulang tahun ke-30 GKPI Pondokranggon, penulis justru tenggelam dalam air mata dan penyesalan. Ia menyadari bahwa di saat jemaat berjibaku mencari dana, memberikan tenaga, waktu, dan doa untuk pembangunan gereja, ia yang kala itu berkelimpahan bahkan tak memberi satu rupiah pun.

Jangankan rupiah, bahkan energi dan waktu pun tak ia berikan, padahal kala itu pemasukan rezeki finansial sang penulis bukan fantastis lagi bahkan bombastis, hingga narasi ini dituliskan masih berpenghasilan harian bisa dikatakan bombastis, bisa di cek dengan bukti transferan dari berbagai pihak yang mentransfer ke rekening BCA nya.

Penulis yang sangat teramat menyesal dan malu. Bahkan setelah berbuat dijalan yang sesat dengan kenikmatan duniawi yang fana bahkan untuk membeli rokok ia sebatang pun terkadang kewalahan, parahnya lagi untuk perbaiki motor dia yang sudah fatal dia tidak bisa perbaiki, padahal untuk pemasukan finansial sendiri, jangankan untuk membeli motor baru bahkan untuk membeli mobil baru sang penulis sebenarnya mampu.

Di tengah pesta rohani, sang kuli tinta hanya mampu menangis dalam hati. Bukan karena tidak diundang, tapi karena ia tahu ia telah menghianati kasih Kristus.

Pertobatan: Sebuah Tekad Sangat Kuat

Dalam kalimat-kalimat penuh luka dan air mata, penulis memohon ampun:

“Oh Tuhan Yesus Kristus, ampunilah aku. Ampunilah aku hamba-Mu yang tolol ini, yang sombong rohani, yang meninggalkan kasih-Mu demi kesenangan dunia sesat. Kasihanilah aku, Tuhan. Inilah kesaksianku, inilah jeritan jiwaku yang hampir tiap hari aku katakan di hati namun selalu keras kepala untuk tetap memilih dijalan yang sesat padahal sudah jelas berujung penderitaan dan penyesalan

Sangkin tolol nya penulis pun tidak paham mengapa harus menghancurkan dirinya padahal hampir setiap hari pemasukan bombastis, bukan kesombongan yang diungkapkan ini namun di era digital saat ini boleh di cek di rekening koran BCA milik sang penulis bahkan bukti transferan yang begitu sangat banyak setiap harinya masih ada tersimpan bukti-bukti transferan tersebut di hp Android nya.

Ia menyatakan tekadnya untuk kembali. Bukan sekadar hadir, tapi untuk benar-benar bertobat dan mempersembahkan hidupnya kembali bagi Tuhan. Ia sadar, bahwa kasih Tuhan tidak pernah meninggalkannya, dan gereja GKPI Pondokranggon ini adalah tempat di mana ia menemukan berkat Tuhan yang sangat luar biasa setiap saat melimpah rezeki dengan profesi yang ia kerjakan, bahkan  hal ini tak bisa dipungkirnya.

Sejatinya, penulis mengakui ketidak layakannya berada di acara hut ke-30 GKPI Pondokranggon 01 juni 2025, Bahkan untuk masuk ke dalam pun, kaki ini terasa berat. Sang kuli tinta menunduk bukan karena rendah hati, tapi karena hati yang sangat hancur penuh dosa dan salah.

Fatalnya, akibat perbuatan nya di jalan sesat, bahkan mirisnya satu hari menjelang acara peresmian dan Perayaan ia hampir putus asa, tragisnya mau mengakhiri segala nya, Namun kasih Tuhan Yesus Kristus sungguh nyata dan begitu sangat mengasihi sang penulis.

Tindakan ekstrem yang mau mengakhiri tersebut masih terselamatkan di jalan raya ibu kota Jakarta, minggu subuh(01/6/2025) , namun dengan rasa syukur ia panjatkan ke Tuhan Yesus Kristus yang sungguh luar biasa sangat baik masih mengingatkan dan memberkati ia dalam perjalanan pulang ke rumah kontrakan yang berada di kawasan Pondokranggon.
Itulah jeritan hati seorang jemaat yang memilih untuk menyampaikan kesaksian pertobatan ini secara terbuka, sebagai bentuk penyerahan total kepada kasih Tuhan.

Niat untuk berubah pertobatan yang tak kunjung tercapai akhirnya penulis mengungkapkan hal ini kepada seluruh dunia sebagai bentuk tekad bulat kesungguhan hati dia yang terdalam. Dan berharap bagi seluruh jemaat bahkan yang membaca ini untuk bermohon dengan sangat untuk mendoakan sang penulis agar tidak keras kepala untuk memilih di jalan yang sesat menuju jurang kehancuran yang fatal.

“Bantu doakan saya, KehendakMu lah yang terjadi ya Allah, Ampunilah aku Tuhan Yesus Kristus, Ampunilah aku Tuhan” Amin.

Catatan Redaksi:

Kisah ini ia bagikan bagi seluruh masyarakat dunia untuk menjadi bukti kuat kesungguhan hati yang terdalam untuk mau berubah dan bertobat di jalan yang benar

Kesaksian ini kami muat sebagai bentuk pertobatan terbuka dari seorang jemaat yang sedang berjuang keluar dari lembah kejatuhan. Rasa malu dan sesal yang dalam bukan akhir dari segalanya: “Tuhan selalu membuka pelukan bagi siapa saja yang kembali”.

Bagi yang membaca kesaksian ini, marilah kita bersatu dalam doa, mohon doakan sang penulis yang hingga saat ini tengah terjerat dosa namun rindu kembali pulang. Seperti ayah dalam perumpamaan anak yang hilang, Tuhan tidak pernah menutup pintu bagi pertobatan yang tulus.(*)

Tonton juga:

 

Penulis/Laporan Redaksi  : Bar.S
Redaksi Media METROPOLITAN POST 
Tajuk Opini/Kesaksian Nyata Singkat

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *