METROPOLITAN POST– Perusahaan yang bergerak di bidang produk kristal PT Magic Crystal Indo (MCI) bersama perusahaan asal China CECEP menjalin kemitraan dengan Pemprov Kalimantan Timur membangun proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Nilai investasi yang dibutuhkan mencapai 200 hingga 300 juta US Dollar atau setara Rp 3 hingga Rp 4 triliun untuk membangun fasilitas berteknologi mutakhir di Kaltim.
Kemitraan ini menandai babak baru dalam pengelolaan sampah berkelanjutan di Indonesia, dengan memanfaatkan teknologi canggih asal China. Proyek percontohan ini diharapkan menjadi model bagi pengembangan PLTSa di berbagai daerah lain di Indonesia. “Komitmen perusahaan dalam menghadirkan pendekatan holistik terhadap ekonomi sirkular dan energi bersih,” Adel Ivandri, Project Manager PT MCI kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/10).
Adel berharap fasilitas itu nantinya dapat mengubah limbah atau sampah perkotaan menjadi sumber energi hijau yang bernilai. Visi tersebut diwujudkan dengan fokus pada pengembangan PLTSa menggunakan teknologi mutakhir dari China.
Mr. Jevon Liu dari PT MCI menambahkan alasannya memilih Kaltim. “Saya terlibat di beberapa usaha tambang di Kaltim, jadi untuk komunikasi dengan pemerintah setempat lebih mudah. Bagi saya Kaltim sudah menjadi rumah kedua saya. Kita juga membuka peluang dengan kota-kota lain di Indonesia untuk membangun PLTSa,” kata Jevon Liu. Kapasitas PLTSA di Kaltim didesain untuk mengolah 2.000 ton sampah setiap hari dan diperkirakan dapat memproduksi listrik sebesar 40 hingga 45 Megawatt dan bisa dimanfaatkan masyarakat.
Listrik hasil konversi sampah ini diharapkan menjadi solusi energi bersih yang bermanfaat bagi komunitas. Adel Ivandri menekankan bahwa teknologi yang dihadirkan adalah nomor satu di China. Prinsipnya adalah membawa teknologi baru yang cocok untuk karakteristik dan kebutuhan pengelolaan sampah di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi misi terbaru perusahaan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih hijau dan maju.
Dukungan dari pemerintah dinilai sangat krusial untuk memastikan kelancaran dan kesuksesan kerja sama ini. “Harapannya, kolaborasi ini dapat menjadi problem solving yang tepat dan lancar bagi permasalahan sampah nasional,” harap Adel Ivandri. Langkah energi hijau ini merupakan kontribusi nyata dalam aksi global untuk lingkungan yang lebih baik.
Kehadiran PLTSa di Kaltim ini diharapkan menjadi pionir di Indonesia. Adel Ivandri juga menjelaskan bahwa teknologi dari China ini canggih, sudah dipakai di sebagian besar kota-kota di China. “Teknologi ini sudah dipakai lebih dari 50% kota-kota di China, Jadi di China kita yang terbesar,” lanjut Adel Ivandri.
Adel Ivandri menambahkan bahwa saat proses pengolahan tidak menimbulkan polusi, bahkan sisa pengolahan sampah yang dihasilkan juga multi manfaat. “Saat proses pengolahan sampah menjadi energi listrik tidak menimbulkan polusi, bahkan limbah hasil pengolahannya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk atau bahan bangunan,” tutup Ivandri. (jo)
Editor ; Bar.S