Jakarta Selatan – Ratusan tokoh agama, santri, akademisi, dan pemuda dari berbagai penjuru tanah air berkumpul di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsagafah, Jakarta Selatan, Kamis, 1 Mei 2025. dalam sebuah forum nasional yang tak biasa. Bertajuk “Agenda Allah Berbasis Mubasyirat: Menuju Masa Depan yang Dituntun oleh Langit”, forum ini diselenggarakan oleh Majelis GAZA, sebuah gerakan ruhani yang tengah memelopori kebangkitan spiritual berbasis mimpi benar (mubasyirat).
Acara ini menjadi semacam mimbar langit dari bumi Indonesia, di mana puluhan mimpi benar yang telah diverifikasi dan dikurasi selama bertahun-tahun, dipresentasikan sebagai sinyal zaman. Forum ini memperlihatkan bagaimana petunjuk dari langit—yang diturunkan melalui mimpi-mimpi tulus orang-orang biasa—dapat menjadi peta jalan masa depan peradaban umat manusia.
Ketua Majelis GAZA, Drs. R. Diki Candra Purnama, M.M., dalam pidatonya menyampaikan bahwa Indonesia sedang bergerak memasuki zaman baru yang telah dinubuatkan secara spiritual melalui ribuan mubasyirat. Menurutnya, krisis global hari ini tidak cukup diselesaikan hanya dengan pendekatan rasional, melainkan memerlukan bimbingan ilahiah yang hanya bisa ditangkap melalui kejernihan batin.
“Agenda Allah itu nyata. Melalui mimpi-mimpi benar, kita ditunjukkan arah. Inilah zaman di mana langit tidak lagi diam, dan bumi harus belajar mendengar,” ujar Diki dengan penuh keyakinan.
Ketua Panitia Forum, Ahmad Abdul Qohar, menambahkan bahwa forum ini bukan sekadar diskusi keagamaan, melainkan ruang menyambut panggilan zaman. Peserta tidak hanya diajak memahami tanda-tanda zaman, tetapi juga menyiapkan diri menjadi pelaku perubahan yang dituntun oleh langit.
Forum ini juga menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan spiritual, seperti Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, KH. Wahfiudin Sakam, Gus Wahid Wahyudi (pengasuh Pesantren Miftahul Huda 2 Ciamis), serta para narasumber muda yang menampilkan slide-slide mimpi dengan narasi yang tajam dan menyentuh.
Salah satu sesi yang paling menarik perhatian adalah pemaparan Lima Fase Zaman yang ditangkap melalui rangkaian mubasyirat sejak tahun 2011. Dari fase keterpurukan umat, kebangkitan cahaya dari Timur, hingga pengangkatan pemimpin ruhani yang akan menata dunia dengan nilai-nilai langit—semuanya dipaparkan dengan data dan narasi yang mendalam.
Forum ditutup dengan seruan spiritual untuk membuka hati terhadap suara-suara langit yang datang melalui mimpi-mimpi benar. Dengan semangat membumikan pesan langit, Majelis GAZA berharap Indonesia menjadi pusat pancaran cahaya peradaban yang akan membimbing dunia keluar dari kegelapan zaman.
“Jika dunia menanti cahaya, maka Indonesia harus bersiap menjadi pelitanya,” tutup Diki dengan penuh harap.