Jakarta, — Ikatan Perpustakan Indonesia (IPI) DKI Jakarta sukses menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) dan Talkshow IPI DKI Jakarta 2025 sebagai ajang konsolidasi, inovasi, dan refleksi bagi para pustakawan di era digital.
Dengan mengusung tema “Kolaborasi, Inovasi, dan Transformasi Perpustakaan di Era Digital”, kegiatan ini berlangsung dan dihadiri oleh ratusan peserta dari kalangan perpustakan, akademisi, penggerak literasi, dan perwakilan lembaga pemerintah.
Selain itu, Talkshow IPI DKI Jakarta 2025 menghadirkan sejumlah narasumber nasional yang membahas tema aktual seputar transformasi digital, literasi informasi, dan inovasi layanan perpustakaan berbasis teknologi. Para peserta diajak untuk berdiskusi dan bertukar gagasan tentang bagaimana perpustakaan dapat terus relevan, adaptif, dan berdampak bagi masyarakat.
Dalam momentum penting bagi dunia literasi dan kepustakawanan, Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) DKI Jakarta menggelar Musyawarah Daerah & Talkshow IPI DKI Jakarta 2025 dengan tema “Kolaborasi, Inovasi, dan Transformasi Perpustakaan di Era Digital.”
Acara yang berlangsung di Aula PDS HB Jassin – Perpustakaan Jakarta (6/11/2025), ini menghadirkan berbagai tokoh dan praktisi bidang perpustakaan, termasuk Bambang Hidir Sunarso, yang memberikan pandangan inspiratif mengenai arah baru peran pustakawan di tengah tantangan zaman.
Bambang Hidir Sunarso menegaskan bahwa perpustakaan saat ini bukan hanya pengelola informasi, tetapi juga agen perubahan sosial yang berperan dalam membangun budaya literasi digital masyarakat.
Transformasi perpustakaan bukan sekadar soal digitalisasi koleksi, tetapi tentang bagaimana pustakawan beradaptasi, berinovasi, dan berkolaborasi untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat kreativitas dan pemberdayaan masyarakat,” ujar Bambang Hidir Sunarso.
Lebih lanjut, Bambang menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas literasi, dan sektor swasta untuk memperkuat ekosistem literasi di Jakarta.
“Kedepannya mungkin peran perpustakaan ini lebih meningkat, tidak ada yang seperti sekarang, tapi kalo di jakarta punya tagline gitu, belajar berkarya dan bertumbuh. Belajar artinya membaca buku, berkarya apa yang di bacanya itu dipraktekan, setelah implementasikan bagus-bagus, kan bertumbuh ini, di salurkan komunitas-komunitas pecinta lele misalnya, pecinta tanaman, pecinta cerpen, macam-macam, di kasi kesempatan untuk komunitas dan dikasi fasilitas bukunya, nanti mereka bikin organisasi kordinasi dengan konsusif dan bukunnya. Dalam hal ini jadi biar ketua IPI terpilih berkordinasi dengan yang lain, bagaimana mereka ingin bertumbuh, nanti diarahkan ke instansi yang lain ke UMKM misalnya untuk yang kuliner, yang senang bertanaman dan pertanian, yang senang ngoprek komputer atau UHP, silakan nanti ke dinas tenaga kerja, seperti itu kira-kira.”tambahnya
Kegiatan Musyawarah Daerah IPI DKI Jakarta 2025 juga menjadi wadah evaluasi kinerja organisasi dan pemilihan kepengurusan baru yang diharapkan mampu membawa semangat baru dalam memperkuat posisi pustakawan sebagai profesi strategis di era digital.
Kegiatan ditutup dengan deklarasi semangat baru IPI DKI Jakarta menuju era “Perpustakaan Cerdas untuk Jakarta Berdaya Literasi.”
Jakarta, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, Nashruddin Djoko Surjono, menegaskan pentingnya peran pustakawan sebagai garda depan dalam membangun ekosistem literasi yang berdaya dan berkelanjutan di Ibu Kota.
Dalam kesempatan tersebut, Nashruddin menyampaikan bahwa transformasi perpustakaan kini tidak hanya sebatas tempat penyimpanan buku, tetapi juga ruang inklusif yang menghidupkan literasi digital, sosial, dan budaya.
“Pustakawan hari ini harus adaptif terhadap perubahan zaman. Kolaborasi antara pustakawan, lembaga pendidikan, dan komunitas literasi sangat penting untuk menjadikan Jakarta sebagai kota literasi dunia,” ujarnya.
Peran Pustakawan memang saat ini dituntut tidak hanya dia tahu sejarah konvensional menjaga buku, tapi dia juga punya kreativitas untuk menggerakkan komunitas di perpustakaan tersebut. Tentunya terkait dengan melek IT para Pustakawan itu sangat dibutuhkan.
Layanan perpustakaan diberikan juga sampai malam. Dan yang penting, kami juga menyadari pustakawan menyentuh sampai masyarakat bawah dan di RPTRA minat pembaca supaya tumbuh juga, imbuhnya.
“Pemprov DKI Jakarta terus berkomitmen memperluas layanan perpustakaan berbasis teknologi, agar masyarakat dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan,” pungkasnya.


















