@ Momentum Pengembalian 30.000 Artefak dari Belanda Harus Diisi Pejuang Budaya Sejati, (foto: Istimewa)
METROPOLITAN POST— Dalam Forum Komunikasi Majelis Adat Indonesia (MAI), para raja, sultan, datuk, ratu, dan pemangku adat se-Nusantara menyuarakan dukungan kuat terhadap penguatan arah kebijakan kebudayaan nasional.
Mereka secara bulat mengapresiasi langkah Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto Djojohadikusumo yang berhasil menegosiasikan pengembalian 30.000 artefak bersejarah Indonesia dari Belanda sebuah momentum penting dalam memulihkan marwah dan harga diri bangsa.
Sejalan dengan langkah tersebut, para tokoh adat juga menilai bahwa proses repatriasi artefak ini harus diiringi dengan kehadiran sosok pemimpin kebudayaan yang memahami akar nilai, roh, dan semangat budaya bangsa. Dalam hal ini, nama Eki Pitung, Ketua Umum Dewan Adat Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi), dinilai sebagai figur yang layak dan tepat untuk mengemban amanah sebagai Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia.
“Eki Pitung layak jadi Wakil Menteri Kebudayaan,” tegas M.Rafik Datuk Rajo Kuaso Kepala Pasukuan dari Minangkabau di forum komunikasi Majelis Adat Indonesia (MAI), (6/7/2025)
Forum komunikasi yang juga turut diprakasai Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Berdaulat Agung Maharaja Kutai Mulawarman, Prof. Dr. M.S.P.A. Iansyah Rechza, FW., Ph.D., sepakat dan mengapresiasi akan perihal tersebut
Bahkan bagi para tokoh adat se-nusantara yang tergabung di forum komunikasi MAI menyepakati bahwa Beliau bukan hanya tokoh Betawi, tetapi juga representasi semangat budaya bangsa yang hidup dan menyatu di Ibu Kota.
Momentum Repatriasi dan Panggilan Kebangkitan Budaya
Para tokoh adat menilai, pengembalian 30.000 artefak ini bukan sekadar seremoni diplomatik, melainkan titik balik kebangkitan budaya bangsa.
Repatriasi ini menjadi simbol kembalinya roh Nusantara yang selama ratusan tahun tersimpan di luar negeri, kini pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
“Kebudayaan bukan ornamen pelengkap pembangunan, melainkan roh kehidupan nasional sumber jati diri, moralitas, dan arah kemajuan bangsa,” tegas Dr. Drs. H. Yusdi Anra, M.Pd., pakar sejarah dan kebudayaan Melayu Jambi.
Dalam hal ini persepsinya menegaskan bahwa, Jabatan Wakil Menteri Kebudayaan harus diisi figur yang hidup bersama budaya bukan sekadar pejabat administratif.
Adapun alasan faktor Kultural dan Filosofis Dukungan terhadap Eki Pitung, diantaranya, Cinta Budaya sebagai Kunci Kepekaan terhadap Bangsa, Sosok yang mencintai budaya akan peka terhadap kehidupan masyarakat. Ia juga memahami bahwa di balik tarian, naskah kuno, dan rumah adat tersimpan jiwa kolektif bangsa.
Pemahaman Budaya sebagai Tameng dari Perampasan Warisan
Figur berbudaya sejati mampu menjaga artefak dan pusaka bangsa dari eksploitasi atau komersialisasi asing.
Pengembalian Pusaka seperti Landak Tepak Butuh Jiwa Penjaga
Repatriasi artefak menuntut pemimpin yang memiliki nurani budaya, bukan sekadar pemegang jabatan administratif.
Jabatan Kebudayaan Memerlukan ‘Rasa’, Bukan Sekadar ‘Data’
Kebijakan kebudayaan memerlukan sentuhan batin dan kearifan lokal, bukan hanya rumusan formal.
Cinta dari Lubuk hatti Melahirkan Pengabdian Sejati, Pejuang budaya sejati menjadikan jabatannya sebagai amanah, bukan alat politik.
Dalam hal ini, pastinya Sosok Eki Pitung yang dikenal luas sebagai tokoh yang berdedikasi tinggi dalam menjaga nilai-nilai Betawi dan merajut kebersamaan budaya Nusantara, yang mana Sebagai Ketua Umum Dewan Adat Bamus Betawi (disahkan melalui SK Kemenkumham Nomor AHU-0000699.AH.01.08 Tahun 2024, tertanggal 3 Juni 2024), ia aktif membangun jaringan lintas budaya dan adat di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2023, melalui Musyawarah Agung Raja Sultan dan Tokoh Adat Nusantara yang dihadiri 198 tokoh adat di Gedung Asia Afrika, Bandung, Eki Pitung diangkat sebagai Kepala Badan Koordinator BAPAMA (Badan Pelaksana Amanah Musyawarah Agung) sebuah mandat moral yang menegaskan pengakuan nasional terhadap integritas dan kiprahnya di bidang adat dan kebudayaan.
Menurut para cendekiawan adat, Bamus Betawi menempati posisi strategis sebagai induk budaya Nusantara.
Jakarta, sebagai Ibu Kota Negara, adalah ruang berbaurnya seluruh suku dari Sabang sampai Merauke. Dari pertemuan budaya inilah lahir kebudayaan Betawi simbol penyatu dan miniatur bangsa Indonesia.
“Jakarta bukan hanya pusat pemerintahan, tapi juga pusat peradaban bangsa. Dari tanah Betawi, semua budaya Indonesia berjumpa dan berpadu,” ujar M. Rafik Datuk Rajo Kuaso lagi mengatakan yang juga sekaligus Pendiri dan Inisiator Majelis Adat Indonesia.
Untuk diketahui bersama, adapun dukungan serentak terhadap Eki Pitung datang dari berbagai penjuru daerah di Nusantara, antara lain, YM Daarul Haq Said Fuad Ibnu Abdurrachman Baragbah (Sultan Melayu Jambi), HRM Soekarna (Pendiri Lembaga Diraja Nusantara), Dr. HC Andi Syahriansyah A, S.Tr.Kep. (Trah Sultan Bone ke-23, Ketua Umum Salatin Azzahrah), YM J. Amin Panglima Tabas (Kesultanan Banjar, Panglima Adat Nusantara),.YM Kanjeng Rhesi Herbayu (Kerajaan Mataram Yogyakarta), Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin (Kesultanan Palembang), Sultan Tidore, diwakili Endri Hendra Permana (Ketum Brigade Nusantara), Dato Maharadjo Nan Basa (Minangkabau), Sultan Abdul Gani Natadiningrat (Keraton Kacirebonan)
Seluruhnya sepakat satu suara Eki Pitung adalah figur pejuang budaya yang layak ditempatkan posisi dikementerian kebudayaan menjadi Wamen Kebudayaan sebab dinilai sejatinya menjiwai mencintai kebudayaan nasional.
“Alasan dukungan ini sudah terbukti dari latar belakang , rekam jejak dan dedikasinya, bahkan Eki Pitung bukan hanya simbol Betawi, bahkan dapat juga disebut simbol penyatu Nusantara,” ujar Dr. Yusdi Anra.
Dalam kesempatan terpisah, Eki Pitung menyampaikan apresiasi tinggi kepada Presiden Prabowo Subianto Djojohadikusumo atas perjuangan diplomatiknya memulangkan sekitar 30 ribu artefak warisan budaya Indonesia dari Belanda. Ia menilai langkah ini bukan sekadar keberhasilan politik luar negeri, melainkan kemenangan moral dan kultural bangsa Indonesia.
“Apa yang dilakukan Presiden Prabowo adalah kebangkitan martabat bangsa. Kini saatnya artefak itu dijaga oleh mereka yang lahir dan hidup dari dunia adat, agar pusaka leluhur tidak lagi dirampas oleh bangsa lain,” ujar Eki Pitung.
Selain itu, ia pun menilai bahwa Kementrian Kebudayaan perlu dibantu oleh para penggiat Kea-datan dalam membantu dan menjaga Presiden Prabowo yang Mencintai Budaya dan faham akan Sejarah Bangsa.
“Apalagi Beliau masih ada darah Raja Jawa yang sebenarnya dari kakeknya Margono Djoyohadikusumo,” ujarnya lagi.
Hal ini menjadi Momentum sejarah Kebangkitan kejayaan Indonesia dari mulai penyelematan Artefak-artefak yang kembali ke Pangkuan Leluhur para Penjaga Nusantara yang kini menjadi Indonesia.
Menariknya, para kerabat dan tokoh adat berharap, ke depan, ada perwakilan dari tokoh adat dan penggiat budaya yang dapat berdiri di garis depan pemerintahan menjadi penjaga warisan leluhur dan penguat karakter bangsa di tengah tantangan global.
Forum Komunikasi Majelis Adat Indonesia (MAI) Sebagai bentuk dukungan moral dan kultural terhadap kebijakan kebudayaan nasional dan langkah diplomasi budaya Presiden Republik Indonesia. (MAI/BAr)