PT Citatah Tbk, sebagai perusahaan marmer tertua dan terbesar di Indonesia serta agen tunggal beberapa produk pelapis permukaan internasional, sepanjang tahun 2025 menghadapi kondisi yang lebih menantang dibandingkan tahun sebelumnya. Tekanan terutama berasal dari perlambatan keputusan pembelian pengembang lokal, pemberlakuan tarif impor di Amerika Serikat yang mempengaruhi volume ekspor, serta penundaan beberapa proyek hotel dan vila di Bali akibat isu perizinan.
Sampai dengan akhir September 2025, penjualan Perseroan mencapai sekitar Rp88,3 miliar, terdiri atas penjualan domestik sekitar Rp71,8 miliar dan ekspor sekitar Rp16,5 miliar. Dengan mempertimbangkan order book dan jadwal pengiriman sampai akhir tahun, Perseroan memproyeksikan penjualan tahun 2025 sebesar kurang lebih Rp123 miliar, atau turun sekitar 15% dibandingkan realisasi tahun 2024.
Penurunan penjualan tersebut berdampak pada profitabilitas. Sampai dengan akhir September 2025, Perseroan membukukan laba kotor sekitar Rp18,3 miliar, namun setelah memperhitungkan beban usaha dan beban lain-lain, Perseroan mencatat rugi komprehensif sekitar Rp13,3 miliar. Untuk tahun buku 2025 secara keseluruhan, Perseroan memperkirakan rugi komprehensif sekitar Rp17,8 miliar.
Dalam Laporan Posisi Keuangan, total aset Perseroan per 30 September 2025 tercatat sekitar Rp711 miliar, turun sekitar 3,0% dari Rp733 miliar pada akhir 2024. Penurunan terutama berasal dari berkurangnya persediaan melalui pemakaian stok barang jadi dan penjualan tanah serta bangunan yang tidak lagi produktif di Bandung, sementara piutang usaha meningkat sejalan dengan perlambatan pembayaran beberapa proyek. Struktur liabilitas dan ekuitas tetap dikelola secara hati-hati untuk menjaga likuiditas dan kelangsungan usaha.
Meskipun pasar tahun 2025 melambat, pipeline proyek Perseroan ke depan tetap solid. Hingga akhir tahun 2025, Perseroan telah mengamankan proyek yang sudah terkonfirmasi untuk berlanjut ke tahun 2026 dan seterusnya dengan total nilai sekitar Rp45 miliar, serta prospek incoming projects dengan nilai perkiraan sekitar Rp85 miliar untuk tahun 2026, yang berasal dari segmen residensial, proyek kelas menengah, maupun proyek besar.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang dan diversifikasi usaha, Perseroan juga tengah memproses rencana pembentukan joint venture dengan Chememan Public Company Limited, salah satu produsen kapur terbesar di Asia. Rencana kerja sama ini diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan sumber daya batu kapur yang dimiliki Perseroan, menciptakan sumber pertumbuhan baru di bisnis kapur, serta memperkuat fundamental PT Citatah Tbk dalam jangka panjang.
Perseroan akan terus berupaya meningkatkan efisiensi, menjaga struktur keuangan yang sehat, memperluas pasar domestik maupun ekspor secara selektif, serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik guna memberikan nilai tambah jangka panjang bagi seluruh pemegang saham dan pemangku kepentingan.


















