(Foto : Istimewa)
METROPOLITAN POST — Fenomena munculnya individu yang secara sepihak mengaku sebagai orang Betawi demi kepentingan pribadi atau politik memicu kekhawatiran dari masyarakat Betawi asli.
Klaim-klaim sepihak tersebut dinilai mencederai warisan budaya dan identitas suku Betawi yang dijaga turun-temurun.
“Kami miris dengan kondisi saat ini. Banyak oknum yang mengaku-aku Betawi, padahal bukan,” ujar S, seorang warga Betawi yang meminta namanya tidak disebutkan, saat berbincang dengan awak media, Minggu (13/7).
S mengungkapkan kekesalannya terhadap seorang tokoh berinisial JP, yang menurutnya bukan keturunan Betawi, namun kini mengaku sebagai bagian dari komunitas Betawi.
“Saya tahu JP, nama aslinya Syahrial. Bapak ibunya orang Padang, lahir di Padang, besar di Ciledug, sekarang tinggal di Bojong. Bahkan dulunya punya restoran Padang di Kreo,” ungkap S.
Lebih lanjut, ia mempertanyakan motif di balik pengakuan tersebut.
“Mengapa sekarang tiba-tiba ngaku orang Betawi dan bawa-bawa nama Betawi? Apa karena orderan demo lagi sepi?” sindirnya tajam.
S menegaskan bahwa penyusupan identitas semacam ini sangat membahayakan.
“Orang-orang seperti itu tidak punya rasa memiliki terhadap budaya dan perjuangan orang Betawi.
Kita ingin membetawikan Jakarta secara inklusif, bukan membiarkan pengakuan palsu yang mencederai jati diri masyarakat Betawi.”
Dalam kesempatan terpisah, Sejarawan Betawi JJ Rizal turut menyoroti fenomena ini. Menurutnya, klaim “ngaku Betawi” sering kali dimanfaatkan sebagai strategi politik.
“Fenomena ini mengacu pada tokoh publik yang secara aktif menampilkan identitas Betawi dalam bahasa, logat, atau simbol budaya demi mendapatkan simpati dari masyarakat,” jelas JJ Rizal.
Namun, kata dia, banyak dari mereka tidak memiliki keterikatan historis ataupun emosional terhadap budaya Betawi.
“Identitas etnis kerap dijadikan alat politik. Bukan hal baru jika seseorang ‘membangun’ citra etnisnya untuk kepentingan elektoral, pencitraan, atau membangun basis dukungan,” tambahnya.
Masyarakat Betawi diimbau untuk lebih waspada dan bijak dalam menyikapi klaim-klaim identitas yang tidak berdasar. Pelestarian budaya Betawi tidak boleh tergadai demi kepentingan sesaat.(Red/S)