Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BERITA

Asosiasi Produsen Alat Dapur dan Makan (Aspradam) Bersama Asosiasi Produsen Wadah Makanan Indonesia (APMaki) Menggelar Sarasehan Dengan Tema “Peran Produsen Food Tray Dalam Negeri Dalam Mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG)”

Avatar photo
36
×

Asosiasi Produsen Alat Dapur dan Makan (Aspradam) Bersama Asosiasi Produsen Wadah Makanan Indonesia (APMaki) Menggelar Sarasehan Dengan Tema “Peran Produsen Food Tray Dalam Negeri Dalam Mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG)”

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 

JAKARTA – Asosiasi Produsen Alat Dapur dan Makan (Aspradam) bersama Asosiasi Produsen Wadah Makanan Indonesia (APMaki) menggelar sarasehan bertema “Peran Produsen Food Tray Dalam Negeri dalam Mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG)”. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Best Western, Senayan, Jakarta pada Kamis, 31 Juli 2025.

Example 300x600

Dalam acara tersebut, Ali Cendrawan, perwakilan dari PT MBG, menyampaikan paparan terkait tantangan dan potensi produsen food tray dalam negeri untuk mendukung program MBG nasional.

Ali menjelaskan, “Jika kami diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam bidang jasa ini, kami siap ikut serta. Memang, dibandingkan sektor otomotif yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan kompleks, produksi food tray relatif lebih mudah. Namun, sayangnya informasi dan teknologi yang diterima oleh produsen dalam negeri masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar secara optimal.”

Ali menambahkan, “Kemampuan kami sebenarnya sudah terbukti. Bahkan, Bapak Ketua asosiasi kami telah datang langsung untuk meninjau proses produksi kami. Jika usaha ini dikembangkan secara maksimal, potensi pendapatan dapat mencapai sekitar 60 juta rupiah per bulan. Saat ini, dalam kondisi standar saja, kami sudah mampu menghasilkan sekitar 10 juta rupiah per bulan.”

Ia juga menyampaikan kekecewaannya terhadap kurangnya dukungan dari kementerian terkait dan lembaga pengawas, yang menurutnya membuat para pelaku usaha merasa berjalan sendiri. “Sangat disayangkan jika ada pihak yang mengatakan kementerian tidak hadir atau tidak memperhatikan kebutuhan kami. Kami berharap kementerian bisa menjadi tumpuan dan mitra dalam mendorong produksi dalam negeri agar mampu memenuhi kebutuhan nasional, khususnya dalam program makan bergizi gratis.”

Ali juga menegaskan pentingnya sinergi antar produsen dan pemerintah untuk menghilangkan ketergantungan pada impor dan menjadikan produsen dalam negeri sebagai penopang utama kebutuhan food tray di Indonesia.

Sarasehan ini diharapkan dapat menjadi wadah diskusi konstruktif bagi produsen, pemerintah, dan pemangku kepentingan terkait untuk memperkuat peran industri dalam negeri dalam mendukung keberhasilan program MBG yang berdampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Namun Ali menyampaikan kekecewaan terhadap kurangnya dukungan dari kementerian terkait dan lembaga pengawas, yang menurutnya membuat para pelaku usaha merasa berjalan sendiri.

Sangat disayangkan jika ada pihak yang mengatakan kementerian tidak hadir atau tidak memperhatikan kebutuhan kami.

:Kami berharap kementerian bisa menjadi tumpuan dan mitra dalam mendorong produksi dalam negeri agar mampu memenuhi kebutuhan nasional, khususnya dalam program makan bergizi gratis,” tutup Ali.

Sandi anggota ADMK menambahkan bahwa data hingga Juni 2025 menunjukkan hanya 350 dapur terbangun dari kapasitas produksi nasional 2.600 dapur per bulan. Ini berarti hanya 12% kapasitas yang terpakai, sehingga rencana impor dapur sangat disayangkan. Pembicara juga menyoroti masalah standarisasi food tray, banyak ditemukannya produk food tray impor dengan bahan stainless steel yang tidak sesuai standar (SUS 201), bukan menggunakan SUS 304 yang sesuai standar. Dimana SUS 201 berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.

Ia menegaskan bahwa seluruh anggota ADMKI telah menggunakan bahan baku standar internasional SUS 304 yang aman dan tahan lama. Pengujian sederhana dengan cairan asam menunjukkan SUS 201 (dengan kadar mangan tinggi) bereaksi dan menghitam, berbeda dengan SUS 304. Ini menunjukkan potensi bahaya kesehatan jangka panjang karena migrasi logam berat ke makanan selama proses pengolahan dan penyimpanan (sekitar 4 jam).

Meskipun belum ada bukti langsung dampak kesehatan jangka panjang, pembicara menekankan perlunya standarisasi yang lebih ketat untuk melindungi kesehatan, khususnya anak-anak penerima manfaat. Pembicara mengakui keterbatasannya sebagai bukan ahli kedokteran, namun menyajikan temuan pengujian sederhana sebagai dasar keprihatinannya.

“Banyak keluhan sakit perut dari penerima manfaat karena penggunaan bahan tak layak. Kita tidak bisa menoleransi hal ini. Ini menyangkut kesehatan generasi masa depan,” tegasnya.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *