Revolusi Industri Menciptakan Dunia Baru
*Oleh : Jeannie Latumahina*
Senin 7 Februari 2022
Menyatakan perkembangan teknologi digital dewasa ini rasanya sudah tidak tepat lagi disebutkan, mengingat bahwa kemajuan yang dihasilkan dalam pengolahan data informasi merupakan lompatan-lompatan. Sehingga akan lebih sesuai disebut sebagai era Revolusi Digital, sebagaimana dahulu terdapat Revolusi Industri pertama setelah diciptakannya mesin uap, dan arus listrik.
Mesin Uap telah menghadirkan revolusi industri pertama, dengan dimulai berdirinya Industri-industri Masal dengan menggantikan tenaga manusia sebagai penggerak digantikan oleh mesin bertenaga uap bergerak secara otomatis.
Dan berkelanjutan dengan kepada revolusi kedua, setelah adanya tenaga listrik yang menggantikan tenaga uap sebagai penggerak utama mesin-mesin industri. Daya tenaga uap dari ketel-ketel telah digantikan oleh medan elektromagnetik yang muncul daripada kumparan-kumparan listrik sebagai penggerak utama motor listrik.
Daya listrik besar yang dibangkitkan oleh generator penghasil listrik, hasil dari perubahan energi air, uap, surya, angin hingga nuklir terdistribusi melalui jaringan kabel menggerakkan segala kebutuhan produksi. Terjadi setelah adanya tehnologi semikonduktor yang diawali dari tabung elektron, transistor dan digital. Menghadirkan komputer dan otomatisasi melalui kemajuan robotika, telah meningkatkan produksitas industri, sebagai bentuk revolusi ketiga industri dimulai pada tahun 1970
Kehadiran tehnologi digital selanjutnya menghadirkan sistim jaringan komunikasi internet, yang menghubungkan server-server komputer. Sehingga akhirnya tehnologi digital tidak hanya sebagai mesin industri telah bergerak masuk kepada kehidupan orang per orang, melalui berbagai media komunikasi dan penyimpanan database informasi. Dengan percepatan yang luar biasa dengan hadirnya processor-2 pengolahan data berkecepatan tinggi, telah menghadirkan virtualisasi komputer dalam jaringan cloud menjadi revolusi ke empat industri dimasa sekarang, disegala bidang kehidupan manusia.
Manusia sudah tidak mudah lagi tersesat dengan adanya google map, terlebih setiap orang terkoneksi satu sama lain melalui media sosial. Segala kemajuan peradaban manusia dapat dengan mudah diketahui dengan berselancar dari satu server ke server yang penuh dengan berbagai macam informasi. Domain-domain baru dibidang ekonomi menghadirkan transaksi-transaksi digital, hingga belanja online. Bahkan dunia hiburan sudah tidak mungkin lagi terlepas dari kemajuan tehnologi digital game, demikian pula dengan seni digital.
Sungguh manusia pada umumnya menjadi tergagap-gagap dengan kecepatan revolusi tehnologi digital, belum selesai memahami sepenuhnya, sudah hadir tawaran-tawaran baru yang mempermudah hidup dan terciptanya virtualisasi harapan kehidupan nyata, sampai kepada crypto currency, NFT dsb
Bombardir penemuan-penemuan baru membanjiri segala aktivitas informasi. Sebut saja yang sebelumnya sukar dipahami, sekarang mau tidak mau disodori kemajuan pengobatan, rekayasa genetika, kesejahrahan, ruang angkasa, persenjataan, pemahaman mengenai cuaca hingga menipisnya lapisan ozone.
Era revolusi kelima telah dimulai, akibat munculnya pertanyaan besar “akan kemanakah semua kemajuan ini menuju?”… Dapat dibayangkan tidak lama lagi menjadi pemandangan biasa kendaraan lalu lalang tanpa manusia pengemudinya.
Apakah revolusi kelima ini akan menghadirkan Fajar Baru Peradaban, ataukah Kehancuran Peradaban? Tentu saja saya akan mengatakan revolusi kelima adalah Fajar Baru bukan awal Kehancuran peradaban, ditengah bayang-bayang mutasi virus dengan segala teorinya, juga ancaman perubahan iklim yang dipercepat pesatnya kemajuan industri.
Dunia sebelumnya dikejutkan dengan pidato Jokowi mengenai masa depan ekonomi dunia dengan kata “Winter is coming” merujuk kepada istilah dalam permainan Game of Throne, pada pertemuan International.
Dan ditengah pandemi Covid-19, kembali muncul istilah “New Normal” dimana sekarang sekarang hampir seluruh aktivitas bertumpu pada kemajuan tehnologi digital, ngobrol melalui medsos, zoom hingga transaksi perdagangan pada pasar digital.
New Normal adalah kata kunci dalam menghadapi revolusi kelima, yang artinya “Tidak Dapat Kembali” kepada pola paradigma lama. Sungguh ini sangat perlu dipahami untuk yang masih berharap setelah pandemi akan dapat kembali kepada model cara hidup sebelumnya.
Bagaimanakah seharusnya dan sebaiknya menyikapi revolusi tehnologi digital ini? Mau tidak mau, suka tidak suka ada dua hal yang sangat penting yaitu “Kecerdasan dan Kesadaran”. Karena New Normal adalah pola baru, paradigma baru, idiologi baru dan tentunya sikap baru yang bertumpu pada logika berfikir.
Dalam hal ini adalah lebih tepat menyebut logika berfikir dari pada akal sehat. Mengapa demikian? Karena kemajuan tehnologi digital bertumpu pada Dasar-dasar Hukum Logika.