Gapura Selamat Datang Kabupaten Lamongan Di Jalur “PANTURA”
Infopers : Media Informasi Sejarah
Lamongan – Kota Lamongan adalah sebuah nama kabupaten yang berada di wilayah pantai utara/ jalur Pantura – Jawa Timur. Pada masa lampau, masyarakat kearifan lokal setempat tidak mengenal adanya nama Lamongan. Pada tempo doeloe, Lamongan masih merupakan wilayah Gresik di bawah Giri Kedaton.
Bagaimana Lamongan mendapatkan namanya? Dan bagaimana pula Lamongan terbentuk hingga berdiri sendiri?
Lamongan ada setelah menjadi kadipaten. Kadipaten Lamongan terbentuk berkat jasa Mbah Lamong. Mbah Lamong adalah tokoh terkemuka pada masanya yang menguasai ilmu bela diri dan kanuragan, hingga namanya tersohor di tanah Jawa sampai mercusuar ke daratan Nusantara. Nama pendekar tersebut mampu dikenal masyarakat pada saat ini dengan sebutan “Raden” Hadi Wijaya. Mbah Lamong lah yang menjadi Adipati pertama Lamongan dengan gelar Tumenggung Surajaya.
Lebih jelasnya “Nama Lamongan berasal dari nama seorang tokoh pada masa silam. Pada zaman dulu, ada seorang pemuda bernama Hadi, karena mendapatkan pangkat Rangga, maka ia disebut Rangga Hadi”. Setelah beranjak dewasa hingga tahap usia lansia, singkat cerita “Rangga Hadi kemudian dikenal masyarakat jelata dengan nama Mbah Lamong, yaitu sebutan yang diberikan oleh rakyat daerah ini,” ujar Kabid Kebudayaan Disparbud Lamongan Miftah Alamuddin kepada detikJatim, Kamis (28/10/2021).
Miftah menceritakan Hadi adalah salah satu santri kesayangan Sunan Giri II. Setelah ilmunya dirasa cukup mumpuni, Hadi dipercaya untuk menyebarkan Islam di kampung halamannya.
Berangkatlah Hadi dengan ditemani seorang staf khususnya menunaikan perintah Sunan Giri II untuk menyebarkan Islam di wilayah yang kelak dikenal dengan nama Lamongan. Hadi mengawali perjalanannya dengan menyusuri sungai yang saat ini dikenal dengan sebutan Kali Lamong.
Hadi kemudian tiba di sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Dukuh Srampoh, Desa Pamotan. Dia kemudian melanjutkan perjalanan ke Puncakwangi, yang saat ini dikenal dengan daerah sekitar Kecamatan Babat – Lamongan.
“Perkampungan yang dibangun Hadi lambat taun berkembang cukup pesat. Namun di kemudian hari diketahui bahwa lokasi ini bukannya tempat dakwah yang dimaksud Sunan Giri II, sehingga Hadi berpindah agak ke timur lagi,” ujar kata Miftah.
Seiring waktu, terang Miftah, perjalanan syiar Islam Hadi berlanjut hingga Sunan Giri III. Karena keberhasilannya dalam berdakwah, Hadi mendapat pangkat Rangga yang berarti pejabat sehingga namanya menjadi Rangga Hadi. Karena keberhasilan dan kecintaan warga, Rangga Hadi mendapat julukan Mbah Lamong.
Warga yang merupakan lapisan masyarakat di masa itu menjuluki Rangga Hadi dengan julukan Mbah Lamong, “karena sifatnya yang ngemong dan penuh kasih sayang. Lamong sendiri berasal dari Bahasa Jawa kuno “La/Ra” yang artinya baik, dan “Mong” yang artinya among, momong, atau ngemong.
Dan Rangga Hadi yang selama itu menjadi pengayom warga dinobatkan menjadi adipati pertama dengan gelar Tumenggung Surajaya. Penobatan tersebut bertepatan dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri oleh para pembesar yang sudah masuk agama Islam, dan para Sentana Agung Kasunanan Giri.
“Perkembangan selanjutnya Sunan Giri IV atau Sunan Prapen mengumumkan wilayah kerangga Lamongan ditingkatkan menjadi kadipaten pada 26 Mei 1569 dimana Rangga Hadi lantas diwisuda menjadi Adipati Lamongan pertama bergelar Tumenggung Surajaya,” imbuh Mifta.
Rangga Hadi wafat tahun 1607. Pusaranya berada di tengah permukiman penduduk di Kelurahan Tumenggungan, Kecamatan Lamongan. Yakni di lokasi tersebut terdapat jalan penghubung antara musala dengan makam Rangga Hadi yang berada di bangunan terkunci, dan di luarnya juga terdapat sejumlah kuburan tanpa nama.
Sumber Referensi :
https://www.detik.com/jatim/budaya/d-5955029/menguak-sejarah-hingga-asal-usul-nama-lamongan/amp
Lamongan, 26 – Juli – 2024.
Redaksi : Hanan Fauzi, S.In.